Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2016

Stop Keluhan

Gambar
Sebagai manusia yang hidup di dunia, pastilah setiap dari kita pernah mengalami sebentuk peristiwa atau sebuah keadaan di mana diri ini merasakan hal tersebut sebagai yang sangat menyusahkan dan menyengsarakan. Lantas, tidak jarang pula apa yang dirasakan tersebut ketika berjumpa dengan manusia lainnya dicerita-ceritakan. Kita dengan sangat biasa mengeluhkan seluruh apa yang kita sebut sebagai yang menyusahkan dan menyengsarakan tadi kepada manusia lain. Itu pun seringkali sudah tidak secara sembunyi-sembunyi hanya kepada ini dan si itu. Akan tetapi dengan kemajuan media tekhnologi yang ada, keluhan dan ratapan akan hidup yang dirasakannya sebagai yang sedemikian menyusahkan nan menyengsarakan tadi dengan bangganya ditulis di media-media social. Tidak hanya antar pribadi yang ikut mendengar dan melihat keluhan-keluhan itu, akan tetapi masyarakat umum. Dan sepertinya, keluhan sudah sangat membudaya serta menjadi konsumsi public lantaran maraknya media social yang ada. Namun, yang

Rizqi ≠ Uang

Gambar
Rizqi tidak sama dengan uang kan? Siapapun akan sangat mengakui hal itu. Akan tetapi, kebanyakan dari siapapun itu cenderung membatasi diri di dalam memaknai dan memahami apa yang sesungguhnya disebut rizqi itu. Misalnya saja, ketika sedang lelap tertidur di saat kebanyakan orang sibuk bekerja. Maka segera kita akan dicap oleh kebanyakan orang bahwa rizqi tidak akan mendatangi seorang yang tidur. Tentu saja, rizqi di sini sangat dipersempit oleh pembatasan bahwa hanya uanglah rizqi itu. Sehingga rizqi berupa tidur menjadi terlupakan. Uang yang dikejar-kejar itu menjadikan rizqi tidur yang sangat luar biasanya dianugerahkan Tuhan kepada manusia, yang pada saat lain, manusia sendiri tidak bisa menciptakan tidurnya sendiri secara alami. Bukankah pada proses tidur itu manusia hanya bisa memejamkan mata saja, sedang tidur sendiri sebuah proses yang manusia tidak bisa mengaturnya sendiri. Itulah rizqi, sebuah pemberian yang luar biasa berharganya. Sebab berapa banyak orang yang tidak

Berbahagia Dengan yang Ada

Gambar
Adakah yang bisa benar-benar hidup tanpa berkeluh kesah? Bisa dipastikan sangatlah jarang. Sebab siapapun saja, di sepanjang kehidupannya tidak lantas bisa menikmati takdir yang mesti dijalaninya dengan pasrah apa adanya. Sehingga apa yang dirasakannya kurang agar segera dihapuskannya dengan perasaan-perasaan bahagia menikmati seluruh anugerah yang telah diterimanya. Ingin segera, itulah yang menjadikan permasalahan utama. Keinginan sendiri adalah kerapkali diliputi oleh ketidak puasan akan apa yang telah dianugerahkan Tuhan pada saat sekarang. Sudah mendapatkan ini, menginginkan yang itu. Sudah memperoleh itu, ingin memiliki yang ini. Begitu seterusnya tanpa ada kepuasaan mendalam akan apa yang telah didapatkannya. Parahnya lagi, keinginan demi keinginan itu tidak diimbangi oleh kepandaian menikmati setiap anugerah yang sudah di depan mata. Kemudian, muncul rasa tidak puas, kurang ini, kurang itu. Puncaknya, diri menjadi tidak bahagia, sebab hati dan pikiran telah diracuni oleh

Ketika Celaan Menjadi Hiburan

Gambar
Kenyataan tidak sepantasnya yang diamini oleh mayoritas masyarakat kita adalah menjadikan celaan terhadap orang lain sebagai sebuah hiburan yang membahagiakan. Bahkan di sepanjang tayangan-tayangan acara di televisi, baik yang berupa hiburan, semi hiburan ataukah berita, di dalamnya tidak jarang dipenuhi berbagai hal yang berbau saling mencela dengan sesamanya. Ironisnya, tayangan-tayangan televisi yang menyuguhkan celaan-celaan buruk terhadap orang lain ini meraih peringkat rating tertinggi yang tentu juga menjadi sangat diminati oleh masyarakat untuk terus menerus diikuti. Pada tayangan yang berbentuk hiburan semata, misalnya, entah itu acara musik, humor, komedi dan yang sejenisnya, kerapkali di sepanjang acaranya tidak luput dari upaya saling mencela, menjelekkan sesamanya yang kemudian disambut tawa gembira oleh para penontonnya. Untuk tayangan yang semi hiburan, semisal infotainment yang lebih sering berisi seputar gosip orang-orang ternama, yang tentu saja lebih banyak di

Menjadi Pribadi Penderma

Gambar
Dikisahkan, terdapat seorang sahabat Anshar yang berpuasa dengan hanya air putih sebagai menu berbukanya. Demikian juga pada keesokan harinya ketika berpuasa, bukanya pun hanya dengan sekedar air putih. Pada hari yang ketiga, salah seorang sahabatnya mengetahui apa yang menjadi kesusahan dari sahabatnya tersebut. Maka diajaklah sahabatnya tersebut ke rumahnya untuk dijamu. Setiba di rumah, ia berkata kepada istrinya, “ malam ini kita kedatangan tamu, apakah ada makanan di rumah kita? ”. Istrinya menjawab, “ ada, tetapi hanya cukup untuk satu orang saja ”. Padahal suami-istri itu pun sedang berpuasa, dan memiliki seorang anak. Lantas suami itu berkata kepada istrinya, “ hari ini, biarlah kita bersabar untuk tidak makan, dan tidurkanlah anak kita sebelum saatnya makan. Sedangkan ketika makanan itu telah kau hidangkan untuk tamu kita, padamkanlah lampu sehingga tamu kita mengira kalau kita pun turut makan bersamanya. ” Kemudian, istrinya menghidangkan makanan itu kepada tamunya. La

Musim Kemarau Lagi

Gambar
Tiga tahun terakhir ini, setiap kali musim kemarau datang, sumur milik kami volumenya menurun drastis, bahkan asat sama sekali dan bercampur pasir dari dasar. Sehingga tidak jarang setelah menimba air itu, kami tampung terlebih dahulu dalam bak-bak air agar airnya meneb , dan campuran pasir yang dari dalam sumur tadi mengendap di bawah, kemudian airnya menjadi jernih. Baru setelah itu, air bisa dipergunakan untuk keperluan sehari-hari. Kondisi ini pun hanya bisa dilakukan ketika pagi hari atau tengah malamnya, sebab jika sudah agak siang sumber air di dalam sumur tidak mengeluarkan air sama sekali. Kekeringan semacam ini banyak menimpa berbagai wilayah di kota kami. Dan sebagai sumber kehidupan, tentunya air menjadi sangat dibutuhkan, tidak hanya bagi keperluan rumah tangga, lebih-lebih para petani yang pastinya kegiatan bertani akan sangat terganggu, sehingga berakibat pada tingkat kerugian yang tinggi, bahkan bisa jadi gagal panen. Keadaan mengenaskan seperti ini, jika diiden

Berbahagia Dengan Masalah

Gambar
Adakah manusia hidup di dunia ini yang tanpa masalah? Tentu bisa dipastikan tidak. Semenjak lahir, hingga kelak di penghujung hidupnya, manusia senantiasa terus menerus akan diliputi beraneka ragam masalah. Satu masalah selesai, maka akan muncul lagi masalah baru yang menuntut untuk segera terselesaikan. Kemudian, setelahnya, juga telah menunggu masalah yang baru lagi. Begitu seterusnya. Sehingga tidak mengherankan jika dikatakan bahwa dunia hanyalah rangkaian masalah ( addunyaa silsilatul masaail ). Dan setiap permasalahan yang pasti menimpa, rupa-rupa pula sikap manusia di dalam menghadapi dan menyelesaikannya. Bahkan untuk satu jenis permasalahan yang sama saja, sangat memiliki banyak tipe penyelesaian. Hal ini sangatlah bergantung kadar kualitas diri manusia yang ditimpa permasalahan tersebut. Misalnya, ketika dalam sebuah perjalanan hendak menuju suatu tempat, tiba-tiba saja ban kendaraan yang dinaiki bocor. Maka, dalam kondisi demikian akan memunculkan beragam ekspresi

Menanggalkan Cinta Selain-Nya

Gambar
Ketika ada seorang peminta-minta yang menengadahkan tangan kepada kita memohon belas kasihan. Sedangkan di dompet terdapat dua pecahan uang, sepuluh ribuan dan seratusan ribu rupiah. Uang manakah yang akan kita berikan?. Ketika terdapat saudara-saudara kita yang sedang berkesusahan hidup. Kemudian kita ditawari untuk menyumbangkan sebentuk makanan atau sebuah pakaian. Maka yang akan disumbangkan adalah makanan yang sehari-hari kita konsumsi dan memang kita sukai ataukah yang sama sekali tidak kita sukai. Begitu juga dengan pakaian yang disumbangkan, pakaian bekas kitakah atau pakaian yang masih baru dan bersegel?. Tentu saja, yang akan kita berikan kepada orang lain adalah segala sesuatu yang memang sudah tidak kita sukai, sebab segala sesuatu yang masih menjadi kesukaan kita akan sedemikian kuat untuk terus menerus kita miliki dan kuasai. Hal ini tentu tidak hanya sebatas pada soal sumbang menyumbang, melainkan dalam berbagai lingkup kehidupan manusia. Demikianlah, betapa s