Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2016

Mencipta Lingkungan Kebaikan

Gambar
Terceritakan terdapat seorang anak kecil yang masih berusia tiga tahun, yang berbicaranya saja masih sangat cadel. Akan tetapi, ketika anak kecil tadi mendengar adzan sholat dikumandangkan dari Musholla kecil yang dekat rumahnya, maka ia bergegas bangkit dan mengajak neneknya untuk berangkat ikut sholat berjamaah di musholla. Sangat dekatnya posisi musholla dari rumah anak kecil tadi, menjadikan setiap lalu lalang jamaah yang berangkat dan pulang dari sholat berjamaah menjadi pemandangan yang dilihatnya setiap hari. Bahkan suara adzan dan iqomah, kini menjadi suara yang akrab mengingatkan anak kecil tadi tentang aktivitas sholat jamaah di musholla. Lingkungan yang sudah terbentuk baik seperti ini, sangat memudahkan bagi para orangtua untuk mengarahkan anak pada kedisiplinan dan kegemaran akan berbuat kebaikan. Dan anak sendiri yang diibaratkan kertas putih, yang tentu bergantung siapa dan bagaimana kertas putih itu ditulisi adalah yang pertama dan utama pastilah orangtuanya send

Diujikan Bahagia, Dianugerahi Derita

Gambar
Seringnya, sebagaimana kebiasaan kita selama ini, mendefinisikan ujian adalah segala hal yang terkait dengan kesulitan dan menimbulkan rasa sakit yang menyedihkan. Sehingga tidak heran jika selama mendapatkan musibah, atau sedang dalam sebuah masalah, maka kita menyebut diri sebagai seorang yang tengah diuji. Lain halnya dengan ketika kondisi diri dalam situasi membahagiakan yang segala apa yang diinginkan dan dibutuhkan serba terpenuhi. Hal semacam ini lebih seringnya menyebut sebagai wujud anugerah. Pembatasan definisi yang sulit sebagai ujian, yang mudah sebagai anugerah, yang membahagiakan disebut anugerah dan yang menyedihkan dinamakan ujian, adalah sesungguhnya batas paling dangkal kepahaman manusia di dalam menyikapi atas apa yang telah menimpa diri manusia itu sendiri. Lantas apa sejatinya yang hendak dikehendaki Tuhan atas ditimpakannya sesuatu kepada umat manusia? Tentu tidak lain adalah agar manusia senantiasa berada dalam ketaatan yang tulus kepada Tuhan. Sehingga, j

Hidup untuk Dicintai

Gambar
Ketika ada benih cinta yang tumbuh di hati kepada seorang lawan jenis. Maka, kebanyakan dari para pecinta itu yang pertama kali ditekankan di dalam dirinya sendiri adalah serupa egoisitas diri, yang penting mencintai, terserah ia mau membalas cinta itu atau tidak. Sebagaimana perasaan kita ketika mencintai lawan jenis, maka lebih mulia mana antara mencintai dengan dicintai? Dan kenapa kita lebih cenderung sibuk mencintai dibanding keinginan untuk dicintai? Tentu saja, ketika kita mencintai orang lain, maka pada saat benih cinta itu tumbuh pastilah disebabkan ada suatu kelebihan atau kemuliaan dari seorang yang kita cintai tadi, yang telah menarik hati kita untuk sangat mencintainya. Sedangkan, seringkali yang biasa terjadi pada saat ini adalah perasaan cinta tadi hanya berhenti pada mencintai saja, atau pada pengungkapan rasa cinta tadi. Selebihnya sudah tidak kita pedulikan, apakah yang dicintai tadi akan membalas kecintaan kita ataukah akan acuh tak acuh dan menolaknya? Terser

Kebaikan atau Topeng Keburukan

Gambar
Pada saatnya, tentu kita pernah melakukan sebuah kebaikan kepada orang lain. Akan tetapi, berulangkali kebaikan itu kita berikan kepadanya dan tidak kunjung dibalasnya dengan sebuah kebaikan yang minimal sama dengan apa yang pernah kita persembahkan untuknya. Lantas, kita merasa sedemikian kecewa yang kerapkali menggerutu dan menjadikan hati semakin sakit dengan pernyataan-pernyataan bahwa kebaikan-kebaikan yang kita lakukan tidak dihargai sama sekali. Tidak berhenti sampai di situ, kebaikan-kebaikan yang sudah dikerjakan untuk orang lain tadi kita ungkit-ungkit kembali, kita jadikan bahan untuk menjelek-jelekkan orang lain yang telah kita baiki di hadapan banyak orang, hanya karena diri telah dirasuki kecewa dan kemarahan sebab kebaikan kita tidak juga dibalas dengan kebaikan. Akhirnya, kita sudah tidak mau dan sangat antipati untuk kembali berbuat baik kepada orang lain tadi. Bahkan bisa merambah menjadi malas berbuat baik kepada orang yang lain lagi hanya takut dan trauma kal

Melawan Diri Sendiri

Pada dasarnya, semenjak manusia dilahirkan itu membawa bekal di dalam dirinya masing-masing, yang kemudian dipahami tersimpan rapi di hati yang paling dalam. Lantas, seiring berjalannya waktu dan semakin bertambah luas serta banyaknya cakupan hidup di dunia yang dipenuhi tipu daya ini, maka sedikit demi sedikit kebaikan dasar manusia yang menjadi bekalnya semenjak lahir itu tertutupi. Menjadi semakin tertutupinya hati paling dalam sebagai sumber kebaikan setiap diri itu, juga tidak hanya disebabkan oleh segala hal yang bersumber dari luar diri manusia itu sendiri. Melainkan sisi lain manusia yang dibekali nafsu dan keinginanlah yang lebih banyak mendorong manusia untuk terus menerus menolak kebaikan dirinya sendiri. Ibaratnya sebuah ruang, hati manusia itu, yang di sisi kanan dan kirinya terdapat cendela. Dari satu cendela, malaikat akan memasuki ruang itu untuk senantiasa menjaganya jika memang ruangan tersebut benar-benar dalam kondisi yang baik. Sedang satu cendela yang lain

Meneguhkan Kebaikan

Gambar
Suatu waktu, saidina Umar r.a bertamu ke rumah Rosulullah SAW, sedangkan beliau pada saat itu sedang duduk di atas tikar yang terbuat dari pelepah kurma, hingga tampak berbekas pada pinggangnya. Lantas menangislah saidina Umar r.a. lalu beliau bertanya, “ wahai Umar, apa yang membuatmu menangis? ” Umar menjawab, “ wahai Rosul, aku teringat akan raja Kishra dengan segala kemewahannya, sementara engkau yang seorang utusan Allah SWT tampak bekas garis-garis tikar pada pinggangmu. ” Rosulullah SAW bersabda, “ mereka dipercepat kesenangannya di dunia, sedangkan kami adalah yang ditangguhkan kesenangannya kelak di akhirat. ” Cerita tersebut hanyalah bagian sangat kecil dari betapa sangat kuatnya Rosulullah SAW di dalam menanggung segala derita, yang pastinya tidak akan pernah ada seorang pun di muka bumi ini yang menyamai soal derita yang dideranya. Bahkan di dalam penderitaan yang senantiasa menghimpitnya, tidak pernah sekalipun hilang rasa belas kasihnya terhadap makhluk-makhluk cip

Tidak Mencintai Dunia ≠ Membencinya

Gambar
Pernahkah ketika meninggalkan sebuah barang di luar ruangan, sandal misalnya. Lantas pada saat ditanya oleh seorang teman yang sudah berada terlebih dahulu di dalam ruangan tersebut mengenai keamanan sandal yang kita tinggalkan tadi, maka kita menjawabnya enteng, “ sandal saja kok, biarkan sajalah ”? Ataukah sebaliknya, pernahkah ketika kita hendak meninggalkan sandal kita tadi, kita benar-benar memastikan keamanannya agar tidak hilang, atau minimal tidak tertukar dengan sandal orang lain? Bisa dipastikan satu waktu kita pernah mengalami hal serupa, bahkan keduanya dengan obyek benda yang berbeda. Kemudian, di antara sikap seseorang atas kedua benda tersebut, manakah yang bisa disebut sebagai seorang yang zuhud? Sepintas pastilah kita akan menyebut sikap pertama sebagai yang zuhud, sebab sudah tidak peduli dengan apa yang akan terjadi dengan benda yang dimilikinya tadi. Dan mengatakan sikap yang kedua sebagai seorang yang kedunyan , yang sama sekali tidak ada rasa zuhud di k

Mewaspadai Hidup Modern

Gambar
Modernitas adalah sebuah masa yang saat ini melanda seluruh umat manusia. Modernisasi, demikian mereka mengenal istilah yang sarat dengan kemajuan di segala bidang. Manusia modern adalah produk yang lahir dari sejarah itu. Namun sayang, modernisasi telah memunculkan paradigma baru yang cenderung semakin pragmatis dan materialistis yang kemudian, realitanya telah mengubah atau setidaknya telah menipiskan standar kultural dan religius menjadi gaya hidup yang lebih praktis dan rasional . Kehidupan modern sebenarnya telah memberikan banyak kemudahan  pada manusia dalam setiap aktivitas kehidupan. Namun, sekali lagi, manusia tetaplah  manusia, yang senantiasa dengan hasrat manusiawi (dan sekaligus nafsu hewani) dalam menyikapi seluruh kemajuan tersebut, sehingga masyarakat modern –menurut Peter L Berger- tidak begitu hirau lagi menjawab persoalan-persoalan metafisis tentang eksistensi diri manusia, asal mula kehidupan, makna dan tujuan hidup di jagad raya ini . Kehidupan modern