Asyik Bermedia Sosial


Di zaman yang semakin modern ini, menjadikan manusia semakin dimudahkan dengan beragam fasilitas ketercanggihan teknologi. Media sosial, misalnya. Jika di zaman dahulu, untuk bisa berjumpa dengan saudara-saudara kita yang jauh saja, harus melalui proses yang tergolong rumit. Harus mengunjungi langsung, baru bisa bertemu. Atau kalau tidak begitu, dengan saling berkirim surat. Lama. Dan tentu masih banyak kendala pribadi untuk bisa saling berkunjung begitu.

Namun sekarang, merebaknya media sosial menjadikan setiap kita bisa berbincang-bincang santai dengan yang berada di ujung dunia paling jauh sekalipun. Beraneka sudah medianya. Tidak hanya model telphon seperti dulu yang hanya terdengar suaranya. Tetapi, banyak sekali media sosial yang menfasilitasi hingga bisa saling berbicara dengan bertatap muka. Bahkan, dengan media sosial itu, setiap detik, setiap moment diri bisa langsung diceritakan secara detail kepada orang lain, meski jauhnya di ujung dunia sekalipun.

Kemudahan-kemudahan komunikasi yang disajikan media sosial itu, tentu tidak lepas dari sisi negatif. Yang jika tidak disikapi dengan benar, akan menjadikan seseorang terjerumus kepada keburukan diri. Di sinilah penting untuk dicamkan setiap diri. Bahwa, hidup itu bukan tentang apa yang sedang kita hadapi. Tetapi, lebih kepada bagaimana kita menyikapi setiap yang sedang dihadapi. Begitu juga dengan yang namanya media sosial. Apapun saja bentuknya, semua itu harus diposisikan hanya sebatas media, sarana di dalam hidup bersosial. Sedang cara-cara atau sikap di dalam menggunakan media atau saranalah itulah yang harus baik. Sehingga, kehadiran media sosial akan menjadi satu pendukung di dalam meraup beragam kebaikan.

Mungkin kita pernah mendengar, atau mengalami sendiri. Jika kerapkali sebagai media bersosial, malahan menjadikan seseorang terasing dari kehidupan sosialnya yang sesungguhnya, yang nyata ada. Berapa banyak orang yang ketika sedang berkumpul dengan manusia yang lain, kemudian malah disibukkan sendiri oleh handphonnya yang dipenuhi aplikasi media sosial. Kerapkali saat diajak berbincang tidak memperhatikan, lantaran seluruh perhatiannya tersandera oleh BBM-nya, oleh WA-nya, oleh Facebook-nya, oleh Instragam-nya, dan masih banyak media sosial yang lain.

Sehingga, hal pertama yang perlu diperhatikan di dalam bermedia sosial adalah paham posisi diri. Jangan sampai kehidupan sosial yang sesungguhnya menjadi terabaikan lantaran diri lebih sibuk dengan media sosial yang difasilitasi oleh sebuah handphon. Sebab, dihadirkannya seabrek media sosial itu sesungguhnya tidak lain adalah agar memudahkan setiap orang di dalam berkomunikasi dengan orang yang sedang jauh posisinya. Bukan malah menjauhkan dan mengabaikan mereka yang sedang dekat di sekitar kita.

Dan yang kedua, mempergunakan media sosial itu untuk hal-hal yang bernilai positif dan menjadikan manfaat. Di sinilah latar belakang seseorang mengambil peranan penting di dalam media sosial. Seorang pedagang misalnya, adanya media sosial merasa sangat diuntungkan. Karena bisa menjadi sarana berdagang yang efektif. Yang ujung-ujungnya bisa meraup keuntungan melimpah. Atau jika seorang pendakwah, maka keberadaan media sosial bisa menjadi sarana meraup pahala yang melimpah ruah. Tetapi, bagi mereka yang sudah memiliki pikiran jahat, bisa jadi media sosial ini malah dapat melancarkan aksi kejahatannya. Dan sebab inilah, sekali lagi, yang perlu untuk dicamkan setiap diri di dalam bermedia sosial adalah hidup itu bukan tentang apa yang sedang kita hadapi. Tetapi, lebih kepada bagaimana kita menyikapi setiap yang sedang dihadapi. Dalam hal ini media sosial.

Sekali lagi, sikap kitalah yang menjadi penentu utama apakah media sosial itu akan berdampak baik atau malah menimbulkan kerusakan? Maka, sudah seharusnyalah setiap diri senantiasa berhati-hati di dalam mengambil sikap. Tidak hanya ketika asyik menshare sesuatu di media sosial yang bisa dilihat oleh siapapun dan dimanapun. Tetapi, juga ketika kita sedang membaca atau melihat sharing orang lain di media sosial kita. Bentuk kehati-hatian itu tidak lain adalah hanya menshare sesuatu yang benar-benar baik dan bermanfaat bagi semua orang. Jangan pernah menshare sesuatu yang bisa menjadi sumber perdebatan dan permusuhan.

Begitu sebaliknya, ketika kita membaca atau melihat sharing dari orang lain, seburuk apapun itu, jangan pernah sekalipun menjadikan diri terpancing. Kemudian menanggapinya dengan sikap yang buruk. Alangkah baiknya setiap kita menjaga kesantunan diri. Agar semakin asyik menikmati media-media sosial yang telah kita miliki. Dan kita harus benar-benar meletakkan sebatas media atau sarana untuk sebanyak mungkin berbuat kebajikan. (M. Nurroziqi)




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surga di Telapak kaki Ibu?

Berbahagia Dengan yang Ada

Menulislah Untuk Keabadian