Kebencian Allah Swt



Pernah membenci? Bisa dipastikan setiap kita, sedikit atau banyak, pernah menyimpan rasa benci di hati. Lantas, jika ditanya mengapa. Jawabnya, tentu lebih sering kebencian-kebencian itu lahir dari segala sesuatu yang tidak cocok dengan keinginan dan harapan di hati. Kita menginginkan begini, tetapi yang terjadi malah begitu. Benci pun perlahan muncul. Kita berharap sesuatu hal, namun yang didapatkan malah hal yang lain. Ini pun bisa jadi menumbuhkan bibit-bibit kebencian.

Pastinya, kebencian itu mudah sekali muncul ketika kebaikan-kebaikan yang diharapkan tidak mewujud sama sekali. Ternyata, Allah pun pada tahap tertentu juga menyampaikan kebencian-Nya terhadap kita, manusia. Kenapa?

Pada dasarnya, Allah sedemikian mencintai kita, manusia. Semenjak mula diciptakan, manusia didesain hanya untuk beribadah kepada-Nya. (wa maa kholaqtul jinna wal insa illa liya’buduun). Bahkan, di alam ruh, manusia sudah disumpah hanya untuk menuhankan Dia Swt saja. Tetapi, seiring berjalannya waktu. Kehidupan manusia di dunia yang diliputi segala macam ujian dan cobaan, ada yang terpelanting ke jurang yang tidak diharapkan-Nya. Namun, sedemikian Maha Pemurahnya Allah, manusia yang berada di jalan yang salah itu tetap dinantikan-Nya penuh kerinduan dengan terbuka lebarnya pintu-pintu taubat.

Sebab diri manusia yang tidak sejalan dengan tujuan penciptaannyalah yang menjadikan Allah Swt membenci. Dan kebencian ini pun Allah tuangkan di dalam Al-Qur’an agar menjadi peringatan bagi manusia. Agar kelak tidak ada sesal. Agar di sepanjang hidupnya, senantiasa diliputi perbaikan-perbaikan. Dan sungguh, yang demikian ini pun adalah wujud betapa Maha Pemurahnya Allah terhadap kita semua, manusia.

Kemudian, kebencian itu sendiri dalam Al-Qur’an dibahasakan dengan Maqota-Yamqutu-Maqtan (benci, membuat marah, atau murka). Lantas, apa yang menjadikan Allah benci terhadap manusia?

Pertama, ketika manusia mengatakan apa-apa yang sama sekali tidak dikerjakannya. Ini terdapat di dalam QS. Ash-Shof ayat 3, “Sangatlah dibenci Allah jika kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.” Ayat ini bentuk teguran yang tegas agar manusia benar-benar bisa selaras antara ucapan dengan perbuatan. Dengan demikian, sekaligus menyelamatkan manusia dari sifat munafik. Sifat yang sesama manusia saja tidak ada yang suka, bahkan lebih pada kebencian mendalam. Yakni, mereka yang apabila berbicara bohong, apabila berjanji ingkar, dan apabila dipercaya khianat. Tentu, sifat-sifat yang demikian ini sangat merugikan bagi diri sendiri. Tidak hanya sebab dibenci dan dijauhi oleh sesama manusia. Tetapi, Allah sendiri juga teramat sangat murka terhadap orang-orang dengan sifat yang demikian itu.

Kedua, kekafiran manusia. Yang tertuang di dalam QS. Fathir ayat 39, “Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi. Barangsiapa kafir, maka akibat kekafirannya akan menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang itu hanya akan menambah kemurkaan di sisi Tuhan mereka. Dan kekafiran orang-orang kafir itu hanya akan menambah kerugian mereka belaka.” Jelas saja Allah benci. Manusia didesain sebagai makhluk yang hanya menyembah-Nya saja, malahan ingkar dan menjauhi-Nya. Manusia diciptakan sebagai khalifah yang sanggup mengemban amanah kebaikan sehingga surga sebagai titik pahala yang kelak dinikmatinya. Tetapi, ingkar. Hidup semaunya sendiri. Merusak apa yang diamanahkan untuk dikhalifahi.

Kelak, di akhirat, orang-orang kafir ini ramai-ramai membenci dirinya sendiri. Lantaran, rasa sesal luar biasa atas keburukan sikapnya di dunia. Dan kebencian-kebencian orang-orang kafir terhadap diri mereka sendiri ini, tidak ada bandingannya dibanding kebencian Allah terhadap mereka. Sebagaimana terdapat dalam QS. Ghafir ayat 10. “Sesungguhnya orang-orang yang kafir, kepada mereka pada hari kiamat diserukan, ‘sungguh kebencian Allah kepadamu jauh lebih besar daripada kebencianmu kepada dirimu sendiri, ketika kamu diseru untuk beriman lalu kamu mengingkarinya’.” Tentu hal ini terkait betapa Allah sangat mencintai manusia. Menaruh “harapan” besar atas kebaikan-kebaikan di dalam diri manusia. Namun nayatanya, manusia tergelincir dan terus terpelanting dalam kubangan-kubangan dosa.

Ketiga, orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Yaitu terdapat di dalam QS. Ghafir ayat 35, “(Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Sangat besar kemurkaan bagi mereka di sisi Allah dan orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci hati setiap orang yang sombong dan berlaku sewenang-wenang.” Sebagaimana akhir-akhir ini, seringkali kita menjumpai orang-orang yang memperdebatkan dalil agama. Namun, tujuannya hanya pembenaran-pembenaran atas prilaku salah yang tidak ingin disebut sebagai suatu kesalahan. Sekaligus digunakan untuk menjatuhkan orang lain sehingga kalah dikancah perebutan kekuasaan dunia. Juga sama halnya dengan hanya membaca ayat-ayat yang menunjang ambisi dan ego diri. Sedang ayat-ayat yang dinilai memberatkan ditutup, ditinggalkan, kadang malah diingkari.

Demikianlah, tiga hal yang bisa menimbulkan kebencian dan murka Allah terhadap manusia. Semoga menjadikan kita semakin berhati-hati di dalam menjalani kehidupan ini. Dan Sebagai petunjuk bagi manusia, Al-Qur’an seharusnya tidak hanya dibaca. Tetapi, diresapi betul maknanya, untuk kemudian dijadikan pedoman di sepanjang menjalani kehidupan di dunia ini. Sehingga, kita senantiasa menjadi hamba-hamba Allah yang dicintai-Nya. Dinaungi-Nya dengan kerahmatan dan keridhoan yang berlimpah. Allahumma aamiin. (M. Nurroziqi)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surga di Telapak kaki Ibu?

Berbahagia Dengan yang Ada

Menulislah Untuk Keabadian