Marahannya Jangan Lebih Tiga Hari
Tentu kita pernah merasa
punya kebencian kepada orang lain. Entah apapun sebabnya, terkadang kebencian
itu menjadi semacam dinding tebal yang menghalangi diri kita untuk mau kembali
bertemu dan menjalin keakraban dengan orang lain tersebut. Puncaknya, terputuslah
tali silaturrahmi yang dijalin selama ini. Kita merasa disakiti, merasa sangat
kecewa, sehingga perasaan-perasaan itu semakin menjadi penghalang yang kuat
untuk mau menjalin kembali keutuhan silaturrahmi yang akrab.
Wajar saja sebenarnya, jika
ketika kita dikecewakan, disakiti oleh siapapun saja lantas kita marah,
kemudian menjadi benci dan mendengki. Bahkan antipati untuk memaafkan, juga
berharap jangan sampai dipertemukan kembali dengan orang tersebut. Tetapi,
jangan sampai perasaan seperti itu berlangsung lama. Dan alangkah mulianya diri
kita jika tidak memiliki kebencian sama sekali dengan keluasan hati yang
senantiasa mau memaafkan. Namun, manusia ini sangat renta, tempatnya salah dan
lupa. Sehingga kadang dengki dan benci itu muncul spontan ketika tiba-tiba ada
orang lain yang berbuat tidak menyenangkan terhadap diri kita sendiri. Dan jika
seandainya terpaksa kita marah, lantaran belum bisa bersabar untuk memaafkan
dan akhirnya menjadi benci dan dengki, maka janganlah sampai melebihi batas
tiga hari.
“Tidak diperkenankan bagi seorang muslim yang mendiamkan (bertengkar)
dengan saudaranya selama tiga hari, yang mana bila keduanya bertemu sama-sama
membuang muka. Maka yang paling baik di antara keduanya adalah yang mendahului
mengucapkan salam.” Demikian hadist Rosulullah Saw yang diriwayatkan oleh
Abu Ayyub Al-Anshori mengenai tidak diperkenankannya saling dengki dan membenci
selama lebih dari tiga hari. Atau dalam hadist lain yang diriwayatkan Hasan
Al-Bashri disebutkan, “janganlah kamu
saling berdiam-diaman. Dan jika terpaksa melakukan yang demikian maka janganlah
melebihi dari tiga hari. Karena, bagi siapa yang meninggal dalam keadaan yang
demikian (tidak saling bertegur sapa) maka tidak akan dikumpulkan keduanya di
dalam surga.”
Dengan demikian, jika
seandainya belum memiliki kesabaran yang lebih untuk berlapang dada saling
memaafkan, maka tiga hari sudah sangat cukup. Sebab, jika diterus-teruskan akan
semakin mengotori hati. Hati kita semakin ditumbuhi penyakit dengki dan benci. Serta
pastinya, yang menjadi sangat rugi adalah kita sendiri. Itu jika baru seorang
saja yang mengecewakan kita. Bagaimana jika banyak? Toh manusia adalah
tempatnya salah dan lupa. Bisa saja dengan tanpa sengaja menjadikan diri kita
seakan-akan seperti disakiti atau dikecewakan. Maka, jika kita tidak bisa
sesegera mungkin bisa saling memaafkan dan melupakan setiap kesalahan orang
lain terhadap diri kita, maka bisa dipastikan menjadi bencana besar bagi diri
kita sendiri.
Dan bencana yang jauh lebih
besar itu adalah betapa Allah Swt tidak berkenan memaafkan hamba-hamba-Nya yang
di dalam hatinya masih menyimpan rasa dengki dan benci, yang masih tidak mau
saling memaafkan di antara sesamanya. Tidak sampai di situ, bahkan amal
kebaikan yang dikerjakan oleh mereka yang hatinya dikotori sikap tidak mau
saling memaafkan akan langsung tertolak. Sebagaimana sabda Rosulullah Saw yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairoh ra. “Pintu-pintu
surga itu dibuka setiap hari Senin dan Kamis. Dimana setiap orang yang tidak
berbuat syirik pada hari itu diampuni dosanya, kecuali yang saling berselisih
di antara saudaranya. Lalu diserukan, ‘tunggulah hingga keduanya berdamai.’ Dan
ketika dinaikkan amal mereka (sedang mereka tetap dalam keadaan berselisih
melebihi tiga hari) maka ditolak.”
Atau sebagaimana
diriwayatkan Anas ra. Bahwa Rosululloh Saw bersabda, “terdapat lima macam orang yang shalatnya tertolak, yaitu: Istri yang
berada dalam kemarahan suaminya. Pembantu (hamba sahaya) yang melarikan diri
dari tuannya. Seorang muslim yang tidak bertegur sapa (mendiamkan) saudaranya
lebih dari tiga hari. Pemabuk, dan umaro’ (pemimpin) atau imam yang dibenci
oleh jamaahnya atau rakyatnya.”
Na’udzubillah,
betapa sangat celakanya kita, seandainya amal kebaikan yang sudah dikerjakan
ditolak Allah Swt hanya lantaran ada dengki dan benci di hati, tidak mau saling
memaafkan. (M. Nurroziqi)
Komentar
Posting Komentar