Merasa Berposisi Lebih Tinggi
Kebiasaan di kampung kami, perempuanlah yang lebih dahulu melamar seorang lelaki. Kebiasaan yang sudah sangat mentradisi sampai hari ini. Entah semenjak kapan? Tetapi, meski tidak tertulis, kebiasaan itu bukanlah sesuatu yang menjadikan banyak orang berani melanggarnya. Lain dengan suami saya, didampingi beberapa keluarganya lebih dahulu datang ke rumah untuk meminta diri saya dari orangtua. Perlakuan sikap yang berbeda dari kebiasaan ini menjadikan orangtua saya serasa di posisi yang tinggi. Sehingga tidak jarang di sela-sela pembicaraan antar orangtua itu, suami saya diposisikan sebagai seorang yang sangat membutuhkan saya. “ Jika tidak kita terima lamaran ini, pastilah sepulang dari sini ia akan bunuh diri ”, demikian letupan-letupan kata yang tidak sedikit menjadi bahan tertawaan di antara keluarga saya. Dan tidak sedikit yang wajahnya merah padam di antara rombongan keluarga suami saya. Dan kini, merasa berposisi yang lebih tinggi itu kembali menjangkiti diri saya dan orang