Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Surga di Telapak kaki Ibu?

Gambar
“ Al-jannatu tahta aqdaamil ummahaat ” (surga di bawah telapak kaki ibu) adalah sebuah motivasi bagi para anak agar sepanjang kehidupannya senantiasa menghormati kedua orang tuanya. Sebab kehadiran para anak di dunia, hidup, dan menjadi “orang” adalah buah tangan dari kerja keras dan jasa-jasa para orang tua. Dan semestinya, hadist Rasulullah Saw tersebut sasarannya adalah para anak agar menjadi pegangan hidup sehingga tidak lupa dengan seluruh jasa kedua orang tuanya. Meski demikian, sayangnya, tidak sedikit yang dengan dalih hadist tersebut, para orang tua berlaku sewenang-wenang terhadap para anaknya. Bersikap otoriter. Tidak memberikan ruang berdiskusi bagi para anak. Dan ketika tidak sesuai dengan keinginan orang tua, anak-anak dicap sebagai yang tidak akan mendapatkan surga yang terletak di telapak kaki ibu, dalam hal ini orang tua. Padahal, sebagai orang tua, telah diwanti-wanti oleh Rasulullah Saw dengan “ kullu mauluudin yuuladu ‘alal fitroh, fa abawaahu yuhawwidaanihi,

Menata Hati

Gambar
Pada dasarnya, semenjak manusia dilahirkan itu membawa bekal di dalam dirinya masing-masing, yang kemudian dipahami tersimpan rapi di hati yang paling dalam. Lantas, seiring berjalannya waktu dan semakin bertambah luas serta banyaknya cakupan hidup di dunia yang dipenuhi tipu daya ini, maka sedikit demi sedikit kebaikan dasar manusia yang menjadi bekalnya semenjak lahir itu tertutupi. Menjadi semakin tertutupinya hati paling dalam sebagai sumber kebaikan setiap diri itu, juga tidak hanya disebabkan oleh segala hal yang bersumber dari luar diri manusia itu sendiri. Melainkan sisi lain manusia yang dibekali nafsu dan keinginanlah yang lebih banyak mendorong manusia untuk terus menerus menolak kebaikan dirinya sendiri. Ibaratnya sebuah ruang, hati manusia itu, yang di sisi kanan dan kirinya terdapat candela. Dari satu cendela, malaikat akan memasuki ruang itu untuk senantiasa menjaganya jika memang ruangan tersebut benar-benar dalam kondisi yang baik. Sedang satu cendela yang lain

Hati Penuh Maaf

Gambar
Sepanjang kita saling berinteraksi dengan sesama manusia, macam-macamlah perangai sikapnya. Ada yang sangat baik, tidak sedikit pula yang perangainya suka menjengkelkan. Dan dalam kondisi perangai ini, sesungguhnya terdapat sebentuk ujian bagi diri kita sendiri. Misalnya ketika berinteraksi dengan orang yang baik kepada kita, maka di situ kita sebisa mungkin harus membalas kebaikan itu dengan yang jauh lebih baik. Sebaliknya, seburuk apapun perangai orang lain ketika sedang berinteraksi dengan diri kita, maka sebisa mungkin mencegah diri untuk tidak melakukan hal yang serupa. Bahkan yang jauh lebih utama adalah memaafkannya, kemudian membalasnya dengan kebaikan-kebaikan yang jauh lebih baik lagi. Meski terkadang, sebagai manusia yang mudah tersulut api dendam. Ketika sudah terlampau dibaiki oleh orang lain, lantas entah sengaja atau tidak, tiba-tiba orang tersebut satu kali saja berbuat sesuatu yang tidak mengenakkan di hati kita. Maka ketidak baikan yang dilakukan orang lain te