Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

Siapakah Tamu Allah?

Acapkali, ketika sedang bertamu kita memosisikan diri bak seorang raja yang ingin dilayani dan dimuliakan sedemikian rupa. Sehingga , ketika kita tidak terlayani sebagaimana keinginan kita. Maka , tidak jarang timbul umpatan dan bahkan akan menjadi bahan gunjingan tidak enak yang kelak diceritakan di banyak orang. Hal semacam ini adalah sebentuk kecil kesalahan diri di dalam menerapkan sebuah tuntunan, jika tidak disebut sebagai penyalah gunaan dalil demi egoisme diri. Sebagaimana disabdakan Rasulullah Saw, “ barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamu . ” P ada dasarnya , Hadist tersebut ditujukan kepada setiap yang berposisi sebagai tuan rumah . Agar dapat memuliakan tamu sebaik-baiknya. Akan tetapi , yang kerapkali berkembang di masyarakat adalah sabda Rasulullah Saw tersebut dijadikan pegangan oleh se se orang yang berposisi sebagai tamu . Agar ketika bertamu dimuliakan semulia-mulianya sebagaimana keinginannya. Padahal , yang bertamu s

Bukanlah Dunia Ukurannya

"Rizqi anak sholeh", ungkapan yang kerapkali terlontar ketika sedang mendapat sebuah keberuntungan dunia. Tentu , ujaran seperti itu tidak hadir begitu saja. Tetapi , bisa jadi lebih dilatar belakangi oleh kedangkalan berpikir soal kehidupan ini. Letak kesalah pahaman itu adalah kepada ambisi yang diliputi keduniaan. Bahwa , seorang yang serba mudah hidupnya, kaya raya, penuh dengan pangkat, juga seabrek keduniaan lainnya diyakini sebagai orang yang pasti baik dan dekat dengan Allah Swt . Sedang sebaliknya, mereka yang terus-terusan gagal, hingga miskin tidak punya apa-apa, malah dicurigai sebagai seorang yang jauh dari -Nya. Sehingga , bisa dipastikan , sama sekali bukan orang baik. Dan sesungguhnyalah , bukan begitu ukuran baik tidak nya manusi a. Sama sekali bukan soal dunia yang menjadi ukuran dekat dan tidaknya manusia dengan Tuhannya. Sebab , dunia itu dianugerahkan kepada siapapun saja , t anpa terkecuali. Sebagaimana sabda Rosulullah Saw , “